GOODBYE HOLLYWOOD ?

Yesterday should be my good weekend, I was staring at my laptop, doing some browsing and chatting while watching tv at the same time. Then one news popped up. I was so surprised that the're this one news flash with 'GOODBYE HOLLYWOOD' tag line. As i watching it, I couldn't help but trying to convince myself that none of this true, but no, it is true. Then I googled it, mencoba melihat penyebabnya. Baca yang ini dan yang ini.

Menyikapi hal ini, saya memang awam untuk mengerti semua undang2 atau aturan2 pemerintah, bukan juga seorang pengamat yang mengerti betul. Saya hanya seorang warga negara indonesia yang dipotong setiap bulan gajinya untuk setia membayar pajak pada negara kita tercinta ini. Film buat saya bukan hanya sekedar film, saya penggemar tontonan film. Issue ini untuk saya pribadi cukup meresahkan, sadarkah dengan melakukan ini seperti mengisolir warganya sendiri dari dunia luar, menandatangi kontrak tak terlihat untuk melegalkan pembajakan secara menyeluruh.

Tidak munafik bahwa tontonan tv kita 80 persennya adalah acara manipulatif, manipulatif karena semua yang ditayangkan mengajarkan kita seperti, sangatlah wajar memakai make up tebal sebelum dan sesudah tidur, atau memakai kumis saja membuat penyamaran super hebat sehingga tidak ada satupun tetangga mengenali kita. For god sake, none of people doing that in real life. come on !

Lalu, satu2nya cara untuk menikmati hiburan visual adalah pergi ke bioskop menonton film -film Hollywood. Kita terpesona saat james cameron mengenalkan project luar biasanya pada publik dengan AVATAR, atau PIXAR studio yang merubah dunia digital kartun menjadi berbeda. terhitung lagi dengan jagonya mereka mengemas drama yang bikin kita bisa bilang 'ih, sumpah tuh film gue banget'. Atau, impresi2 sesudahnya yang menjadi salah satu topik nongkrong sambil ngopi. Lalu, apa yang terjadi jika hal itu memang nyata tidak bisa kita nikmati lagi ? buat saya seperti masuk ke pintu besar dengan tulisan 'WELCOME TO DARK AGE BITCHES'.

Saya jadi rindu tahun 90an, rindu saat film adalah 'film', musik adalah 'musik', atau tahun 80an saat Eva Arnaz masih dengan bangga memamerkan keteknya tanpa kontra.

Apa yang saya lihat dari ini adalah its about money, and how to make money. Kalau dengan protes keras tidak cukup, apa perlu bangsanya sendiri memohon ?. Stop being that greedy 'Dearest powerful people'.

Finger cross everyone, semoga ini jadinya hanya sekedar celotehan lewat di hari minggu yang membosankan.

No comments: